Komisioner Independent Garuda merangkap Senior Advisor
Citilink, Peter F. Gontha mengatakan di Indonesia, red eye flight atau
penerbangan malam belum bisa diterapkan seperti yang sudah diterapkan di
luar negeri. Menurut dia, red eye flight di Indonesia belum 24 jam
karena operasional bandara belum sampai 24 jam juga. “Masih ada bandara
di Indonesia, jam 6 saja sudah mati lampunya,” kata Peter pada acara
promotional flight Citilink Airbus 320 di Denpasar, 27 Mei 2012.
Direktur Manajemen Lalu Lintas Penerbangan AirNav Indonesia, Amran,
mengatakan pada saat ada penerbangan red eye, akan ada biaya tambahan
untuk operasional bandara. Namun, sementara itu uang pengembalian untuk
bandara terbatas. Perlu dukungan pemerintah agar bandara tidak kesulitan
biaya untuk operasional di malam hari. “Perlu ada pembahasan tentang
bagaimana membagi biaya operasional di malam hari antara bandara dan
maskapai tersebut” katanya.Ketika ditanyakan mengenai apakah ada rencana Citilink untuk bekerja sama dengan Merpati Airlines pada penerbangan di Papua, Peter mengatakan hal tersebut adalah usulan yang baik, tetapi harus dipikirkan terlebih dahulu. Karena Merpati masih disubsidi pemerintah, sedangkan Citilink tidak disubsidi. “Jika Citilink disubsidi pemerintah, bisa terbang ke Sorong tiap hari,” kata Peter.
Sumber : http://infopenerbangan.com
0 comments:
Post a Comment